Pembicaraan yang dipimpin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelesaikan krisis di negara tersebut gagal mencapai kesepakatan pada minggu ini.
Ekspor minyak mentah Libya naik tiga kali lipat minggu lalu menjadi sekitar 550.000 barel per hari, menurut tinjauan Reuters pada data pengiriman Kpler. Namun, angka ini masih setengah dari ekspor pada bulan lalu lebih dari 1 juta barel per hari.
Investor juga berharap pemotongan suku bunga Fed yang telah lama diantisipasi dapat menghidupkan kembali permintaan di negara konsumen minyak teratas.
Analis energi dan pengiriman independen, Matias Togni menyebut, sebanyak 69 persen pelaku pasar memperkirakan peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pekan ini. Pemangkasan sebesar itu dapat melemahkan mata uang AS dan meningkatkan permintaan minyak dan komoditas berdenominasi dolar lainnya.
"Ada juga tanda-tanda peningkatan permintaan di China, di mana ekonomi yang bergejolak sangat menekan permintaan dari importir minyak utama sepanjang tahun ini," ucap Togni.