Terkait transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan, Pertamina akan meningkatkan produksi gas yang dapat menjembatani pengalihan ke arah energi baru terbarukan. Meski begitu, tantangannya adalah bahwa gas merupakan energi yang tidak mudah didistribusikan sehingga harus mengembangkan infrastruktur.
"Distribusi gas harus melalui pipa. Jadi perlu membangun infrastruktur agar transisi energi fosil ke energi terbarukan lebih smooth," tuturnya.
Fokus ketiga Pertamina pada 2022, adalah mulai mengembangkan energi baru terbarukan itu sendiri. Pada posisi ini, Pertamina telah merealisasikan pembangkit energi panas bumi (geothermal).
"Energi panas bumi maupun sumber energi baru terbarukan lainnya harus dikembangkan dan menjadi prioritas pada tahun 2022," ujar Nicke.
Pada kesempatan itu, Nicke juga mengatakan bahwa Pertamina segera melalukan restrukturisasi enam subholding perusahaan yaitu, subholding hulu, subholding Refinery and Chemicals, subdolding Integrated Marine Logistic, subholding Commercial & Trading, subholding Power & New Renewable Energy, dan subholding Shipping.
Dengan restrukturisasi maka Pertamina dapat memastikan bahwa masing-masing subholding dapat melakukan efisiensi, meningkatkan pelayanan karena telah punya gambaran sendiri.
"Subholding harus berusaha menciptakan profit, tidak ada lagi saling subsidi. Subholding harus mempercantik diri karena telah memiliki neraca keuangan dan cashflow sendiri, sehingga harus bisa mencari profit sendiri," kata dia.