Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengemukakan, tingginya dividend payout ratio Bukit Asam karena likuiditas perusahaan tersebut masih tergolong tinggi sehingga tidak perlu menahan laba terlalu besar.
“Kenapa tadi alasan sampai 75 persen? Karena kebutuhan PTBA saat ini dengan kondisi likuiditas yang cukup tinggi, itu belum perlu untuk ditahan,” kata Harry.
Rumor tingginya dividen yang akan dibagikan Bukit Asam sudah merebak di kalangan pelaku pasar dalam sepekan terakhir. Inalum sebagai pemegang saham terbesar dikabarkan menagih dividen yang cukup besar.
Kabarnya, Inalum tengah membutuhkan dana besar untuk mengakuisisi saham PT Freeport Indonesia. Inalum sebagai induk holding pertambangan memang ditugaskan untuk mengambil alih saham Freeport.
Per 28 Februari 2018, saham Inalum di Bukit Asam mencapai 65 persen sementara 35 persen sisanya dimiliki oleh publik.
Saham Bukit Asam melesat saat kabar itu muncul. Pada tanggal 5 April 2018, saham yang awalnya berada di level Rp3.050 per lembar langsung naik 5,9 persen meski sempat terkoreksi keesokan harinya 1,55 persen.
Dalam tiga hari terakhir, saham Bukit Asam juga mencatat reli. Sore ini, harga saham berada di level Rp3.420 per lembar.