"Ada hikmahnya kami belajar banyak dari krisis moneter yang terjadi di 1998 sampai pertengahan tahun 2000. Pada akhirnya kami memutuskan lokalisasi dari produk yang ada," kata Henri.
Selain itu, Henri menyebut, Astra justru mengekspor kendaraan bermotor ke sejumlah negara, termasuk Filipina. Dengan demikian, peningkatan profit margin yang diperoleh dari penjualan ekspor dapat membantu penurunan di pasar domestik.
"Produknya yang diekspor ke Filipina ini membantu rupiah yang sedang melemah. Kami melakukan itu dengan mengutilisasi factory dengan baik," ujar dia.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terus tertekan oleh dolar AS. Pada awal pekan, rupiah bahkan hampir menyentuh level Rp14.000 per dolar AS. Sempat menguat kemarin, mata uang Garuda kembali melemah hari ini. Sejumlah kalangan menilai rupiah akan mengalami fluktuasi hingga akhir tahun ini karena bank sentral AS, The Fed melakukan normalisasi kebijakan moneter.