Dia mengungkapkan, perayaan Waisak di Candi Borobudur juga mencerminkan budaya masyarakat Indonesia sesungguhnya Bhinneka Tunggal Ika. Hal itu bisa dilihat dari hangatnya sambutan kepada para biksu yang datang dalam tradisi thudong atau perjalanan spiritual.
“Jadi saya rasa ini selebrasi tidak hanya untuk acara Waisak, tapi memang untuk Indonesia, mencerminkan Indonesia yang sesungguhnya. Bangkitnya semangat keberagaman,” ungkap Maya.
Dia menyampaikan, penataan ulang perlu dilakukan untuk menentukan posisi yang tepat bagi Candi Borobudur serta target wisatawan yang diincar.
“Itu yang tadi saya bilang positioning Borobudur untuk ke depan, wisata seperti apa yang cocok untuk Borobudur. Apakah wisata heritage, cultural, spiritual, dan wisatawannya dari mana, apakah dari South East Asia, dan lain sebagainya, itu kan harus kita tata ulang,” tutur Maya.
Pernyataan serupa disampaikan Direktur Pemasaran, Pelayanan dan Pengembangan Usaha PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC), Hetty Herawati.