Anggawira menyoroti peranan BUMN yang tidak hanya mencakup aspek finansial, tetapi juga lebih kepada Pelayanan Publik (PSO).
“Sebagai entitas yang seharusnya melayani kebutuhan publik, ukuran keberhasilan BUMN seharusnya bukan hanya keuntungan finansial saja, tetapi juga profitabilitas dalam arti yang lebih luas," kata Anggawira.
Untuk mencapai hal ini, lanjutnya, perlu ada rumusan dan strategi bersama, sehingga Indonesia dapat terwujud sebagai entitas yang bersatu, dengan BUMN yang kuat berperan dalam meningkatkan daya saing nasional di pasar global.
Sedangkan mengenai isu suku bunga yang masih tinggi, Anggawira menyampaikan, langkah menekan suku bunga perlu diambil ke depan agar roda perekonomian dan pembangunan seperti hilirisasi dan industrialisasi dapat berjalan lebih cepat.
“Terkait tingginya suku bunga, kita perlu merumuskan solusi, termasuk formulasi subsidi bunga dan kredit, perlu ada skema perbankan yang mendukung program hillirisasi kita," tutur Anggawira yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu Bara Indonesia (ASPEBINDO).
Meski demikian, Anggawira mengapresiasi kepemimpinan Jokowi yang berhasil menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satunya melalui ekspor berbagai komoditas.
“Pertumbuhan ekonomi di atas 6% diperlukan agar Indonesia bisa menjadi negara maju dan dapat menghindari middle-income trap. Strategi kolaborasi dan stabilitas kepemimpinan Jokowi patut diapresiasi karena stabilitas merupakan kunci bagi pertumbuhan positif,” ungkap Anggawira.