"Saat itu kami ada menawarkan 100.000 ton beras, dengan harga 538 dolar AS per ton, harga FOB. Namun jika dibandingkan dengan harga Loc Troi, mereka menemukan bahwa tawaran TLG lebih tinggi, sehingga kami tidak menang," ucapnya.
Truong menyebut, penawaran beras 538 dolar AS per ton tidak dilakukan secara resmi kepada Pemerintah Indonesia. Namun, hanya pada saat Menteri Pertanian berkunjung ke Vietnam.
"Dalam pembicaraan ini, menteri bertanya kepada kami saat itu berapa harga beras yang diekspor ke Indonesia dengan metode FOB (harga di gerbang perbatasan negara penjual), dan kemudian Kami menghitung harganya menjadi 538 dolar AS per ton," tuturnya.
Secara terpisah, Perum Bulog khawatir isu mark up beras bisa berdampak pada kelancaran pembelian beras Indonesia dari Vietnam hingga akhir tahun mendatang. Selain itu, isu ini dinilai dapat mempengaruhi hubungan bilateral perdagangan kedua negara.
Direktur Transformasi dan Hubungan Antar Lembaga Bulog, Sonya Mamoriska menuturkan, pihaknya mendapatkan penugasan untuk mengimpor beras sebesar 3,6 juta ton sepanjang tahun ini.
Pada periode Januari-Mei 2024, jumlah impor sudah mencapai 2,2 juta ton. Impor dilakukan Bulog secara berkala dengan melihat neraca perberasan nasional dan mengutamakan penyerapan beras dan gabah dalam negeri.