Dengan biaya yang diperkirakan mencapai Rp7,1 kuadriliun, Neom yang dibangun di gurun Arab, rencananya akan ditanami miliaran pohon, bulan buatan, kereta terbang, tanpa mobil, bebas karbon, dan pantai yang bercahaya saat gelap. Neom ditargetkan siap dihuni mulai 2024.
Sedangkan Shenzen merupakan kota masa depan China yang mulai dibangun sejak Agustus 1980. Dalam empat dekade, kota ini berkembang menjadi kota kosmopolitan digital dan dijuluki The Silicon Valey of Asia.
Salah satu kecanggihan dari Kota Shenzen adalah fasilitas robot yang memberi beberapa layanan publik bahkan membantu anak-anak sekolah menyelesaikan PR matematika.
Kota Shenzen dulunya adalah permukiman kumuh nelayan. Pemerintah China kemudian mereformasi kota tersebut dengan konsep kota modern. Pembangunannya sempat terhenti karena dinilai tak menunjukkan progres meskipun pemerintah China sudah mengeluarkan banyak investasi.
Namun pemerintah China kemudian memutuskan menunjuk BUMN Singapura sebagai pengelola sekaligus konsultan pembangunan Shenzen sebagai Free Trade Zone di China. Pertimbangannya, Singapura terbukti menjadi negara kecil yang modern dan maju karena pembangunan yang terkonsep. BUMN Singapura diberi hal 10 tahun mengelola Kota Shenzen dan kini pengelolaannya telah diserahkan kembali ke otoritas China.