JAKARTA, iNews.id - Mahalnya harga kedelai dunia menyebabkan harga kedelai di dalam negeri ikut naik, sehingga berimbas pada produk turunan kedelai seperti tahu dan tempe. Menyusul kenaikan bahan baku tahu dan tempe, pedagang melakukan langkah untuk menekan kerugian.
Sejumlah pedagang mengaku telah mengetahui pernyataan pemerintah yang memprediksi akan ada kenaikan harga tempe dan tahu menyusul mahalnya harga kedelai dunia imbas menurunnya produksi di negara produsen. Kendati demikian, harga tahu dan tempe saat ini masih cenderung stabil di pasaran.
Pantauan MNC Portal Indonesia di Pasar Kranji, Kota Bekasi, harga tempe masih bervariasi tergantung ukuran, mulai Rp3.000, Rp5.000, Rp8.000, Rp10.000, hingga ukuran yang paling besar Rp12.000. Sementara harga tahu juga sama di kisaran Rp4.000-Rp10.000, tergantung jenis dan ukuran.
Pedagang bernama Kaidah (61) mengaku telah merasakan kenaikan harga kedelai. Perempuan yang juga produsen tempe tahu ini mengaku kewalahan atas kenaikan harga bahan baku.
"Masih stabil (harga tahu tempe), cuma kedelainya yang mahal. (Harga kedelai) Naik terus. Kalau saya jualnya (tahu dan tempe) masih sama," kata dia kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (12/2/2021).
Adapun langkan yang dilakukannya seiring dengan tingginya harga kedelai adalah dengan mengecilkan produk tempe yang dibuat. Pasalnya, dia tak mau pembelinya kabur karena produk buatannya dikenal berharga murah.
"Kalau enggak mau dinaikkan ya ukurannya dikecilin. Kalau enggak, ada pedagang yang kulit tempenya dicampur ke tempenya, cuma itu cepat busuk. Tapi kalau saya kulitnya saya buang," ucapnya.