Kembangkan Industri Farmasi Indonesia, Ini 2 Opsi yang Harus Dipilih

Advenia Elisabeth
Ilustrasi industri farmasi. (dok iNews)

Di sisi lain, ia juga menyoroti kapasitas riset dan pengembangan industri farmasi di Indonesia. Menurutnya, pemerintah bisa meningkatkan kapasitas ini melalui peningkatan anggaran riset dan pengembangan.

"Saat ini anggaran riset dan pengembangan Indonesia merupakan yang terkecil di G-20, yakni 0,2% dari GDP," ungkap Ronald. 

Dia mengatakan, industri farmasi Indonesia dinilai masih ada persoalan, yakni perihal keterjangkauan harga dengan kemandirian produksi. 

Harga obat yang terjangkau dan kemandirian industri farmasi merupakan dua tujuan penting namun berbeda. Harga obat yang terjangkau dapat dicapai melalui impor bahan baku obat (BBO), sementara hal itu bertentangan dengan kemandirian industri farmasi.

Sedangkan kemandirian industri farmasi dalam jangka panjang memang dapat membuat harga obat terjangkau. Namun hal ini tidak mudah karena dibutuhkan kapabilitas riset dan pengembangan yang tinggi.

"Ada beberapa opsi untuk mengembangkan industri farmasi yang dapat diambil Indonesia," ujar Ronald.

Editor : Jeanny Aipassa
Artikel Terkait
Bisnis
1 tahun lalu

RI Kuasai 80 Persen Komoditas Gambir Dunia, Ekspor ke India hingga Eropa

Bisnis
1 tahun lalu

Bio Farma Dapat Suntikan PMN, Stafsus Erick Thohir: Bukan untuk Urusan Indofarma

Bisnis
3 tahun lalu

Harga Beras Tinggi, CIPS Minta Pemerintah Relaksasi Kuota Impor

Bisnis
3 tahun lalu

Etilen Glikol di Obat Sirop, Kemenperin Dorong Industri Farmasi Monitoring dan Evaluasi Produk

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal