Pada medio 1980-an, Ortega mengubah proses perancangan, produksi hingga distribusi Zara untuk ikut bersaing dengan tren yang sedang populer.
Salah satu kunci kesuksesan Zara dan perusahaan induknya, Inditex karena satu pengetahuan khusus. Di saat toko-toko toko membutuhkan waktu lama untuk fesyen yang mereka inginkan, mereka tak sadar jika pembeli mereka menginginkan sesuatu yang berbeda. Hal ini yang membuat Ortega memutuskan mempersingkat waktu tersebut dan mendengarkan keinginan pelanggan.
Melansir SCMP, Ortega memiliki 59 persen saham Inditex, yang kini menjadi pengecer pakaian terbesar di dunia. Inditex memiliki portofolio merek mode cepat termasuk Zara, yang memiliki hampir 3.000 toko di 96 negara.
Selain itu, Inditex juga memiliki Pull&Bear, pengecer yang berfokus pada konsumen remaja dengan lebih dari 970 toko di 76 pasar di seluruh Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Kemudian, Bershka, jaringan toko terbesar kedua berdasarkan jumlah toko di seluruh operasi Inditex. Selain itu, terdapat juga merek Massimo Dutti, Stradivarius, Oysho, Uterqüe, dan Zara Home.
Kekayaan yang dimiliki Amancio Ortega mencapai 122,1 miliar dolar AS atau setara Rp2.060 triliun, menurut data Forbes. Dia kini menempati posisi orang terkaya ke-8 di dunia.
Selain kegiatan bisnis, Amancio Ortega merupakan miliarder yang suka beramal. Ortega mendirikan Yayasan Amancio Ortega pada tahun 2001, yang berfokus pada pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Pada tahun 2017, yayasan tersebut menyumbangkan 344 juta dolar AS kepada rumah sakit umum Spanyol untuk menyediakan teknologi terkini dalam pemeriksaan dan pengobatan kanker payudara.
Pada tahun 2020, Ortega menyumbangkan sekitar 68 juta dolar AS untuk membantu memerangi pandemi, termasuk membeli ventilator, masker wajah, dan tes Covid-19 untuk sistem kesehatan Spanyol.