Saat kuliah di UI Salemba, sebagai anak rantau, dia harus hidup pas-pasan. Namun dia tetap semangat dan tak menyerah. Bahkan, Sri Mulyani dikenal sebagai mahasiswi cerdas dan aktif di sejumlah aktivitas kampus seperti mengikuti aktivitas Senat Mahasiswa Pekan Industri Rakyat (Kanira), bermain teater di dua pementasan, mengajar anak-anak TK sekitar kampus UI Salemba, dan ikut kompetisi fakultas ekonomi antarkampus.
"Lima tahun kuliah, bermain, beraktivitas, belajar menjadi manusia dewasa. Hidup pas-pasan, banyak hal bisa menjadi alasan untuk mengeluh, turun semangat, galau, marah, atau menyerah. Namun kita selalu bisa memilih menjadi manusia positif, berteman tanpa memilih, kompak bersama, berusaha menjadi lebih baik dan terus maju ke depan," kata dia, dikutip dari akunnya di Instagram.
Setelah kuliah selama lima tahun dan berkesempatan menimba ilmu dari sejumlah teknokrat senior, mulai dari Prof Soemitro Djojohadikoesoemo, Prof Emil Salim, Prof Soemarlin, dan Prof Sadli, dia lulus pada 1986. Dua tahun setelahnya, Sri Mulyani melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Amerika Serikat. Dia mendapatkan gelar Master of Science of Policy pada 1990 dan Ph.D of Economics pada 1992 dari University of Illinois Urbana Champaign.
Setelah kembali ke Indonesia, Sri Mulyani bekerja di birokrasi dan menjadi dosen di UI. Dia juga dikenal sebagai pengamat ekonomi dan kerap terlibat dalam sejumlah penelitian di bidang keuangan publik, kebijakan fiskal, ekonomi tenaga kerja, dan perbankan.
Atas pengetahuan, keterampilan, dan sepak terjangnya, dia dipilih menjadi Executive Director International Monetary Fund (IMF) mewakili 12 negara di Asia Tenggara (South East Asia/SEA Group) pada 2002 hingga 2004.