Krisis Ekonomi Sri Lanka Makin Parah, Ternyata Ini Penyebabnya

Anggie Ariesta
Krisis ekonomi Sri Lanka makin parah, ternyata ini penyebabnya

Sementara soal utang luar negerinya, Sri Lanka yang hanya memiliki cadangan 2,31 miliar dolar AS pada Februari lalu menghadapi pembayaran utang sebesar 4 miliar dolar AS pada tahun ini, termasuk obligasi negara internasional (ISB) senilai 1 miliar dolar AS yang jatuh tempo pada Juli. ISB merupakan bagian terbesar dari utang luar negeri Sri Lanka sebesar 12,55 miliar dolar AS, dengan Bank Pembangunan Asia, Jepang, dan China di antara pemberi pinjaman utama lainnya.

Dalam tinjauan ekonomi negara yang dirilis bulan lalu, IMF menyatakan, utang publik telah meningkat ke tingkat yang tidak berkelanjutan dan cadangan devisa tidak cukup untuk pembayaran utang jangka pendek. Dalam sebuah catatan akhir bulan lalu, Citi Research mengatakan bahwa kesimpulan laporan IMF dan langkah-langkah pemerintah baru-baru ini tidak cukup untuk memulihkan kesinambungan utang, sehingga perlunya restrukturisasi utang.

Adapun pemerintahan Rajapaksa dan Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) selama berbulan-bulan menolak seruan para ahli dan pemimpin oposisi untuk mencari bantuan dari IMF meskipun ada risiko yang meningkat. Tetapi setelah harga minyak melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari, pemerintah akhirnya menyusun rencana untuk mendekati IMF pada April lalu.

Menurut Juru Bicara IMF, IMF akan memulai diskusi dengan pihak berwenang Sri Lanka tentang kemungkinan program pinjaman dalam beberapa hari mendatang. Sebelum menuju ke IMF, Sri Lanka secara tajam mendevaluasi mata uangnya, yang pada akhirnya memicu inflasi dan menambah penderitaan rakyat, banyak dari mereka mengalami kesulitan.

Untuk sementara, Rajapaksa juga telah meminta bantuan dari China dan India, khususnya bantuan bahan bakar dari India. Pengiriman diesel di bawah batas kredit 500 juta dolar AS yang ditandatangani dengan India pada Februari lalu diperkirakan akan tiba pada Sabtu (14/5/2022). 

Sri Lanka dan India telah menandatangani batas kredit 1 miliar dolar AS untuk mengimpor kebutuhan pokok, termasuk makanan dan obat-obatan. Pemerintah Rajapaksa juga telah meminta setidaknya 1 miliar dolar AS lagi dari New Delhi.

Setelah memberikan CBSL swap sebesar 1,5 miliar dolar AS dan pinjaman sindikasi 1,3 miliar dolar AS kepada pemerintah, China sedang mempertimbangkan untuk menawarkan fasilitas kredit senilai 1,5 miliar dolar AS kepada Sri Lanka dan pinjaman terpisah hingga 1 miliar dolar AS. 

Editor : Jujuk Ernawati
Artikel Terkait
Internasional
13 jam lalu

Korban Tewas Banjir Sri Lanka jadi 334 Orang dan 374 Hilang, Bantuan Mengalir dari Banyak Negara

Internasional
17 jam lalu

Banjir Dahsyat di Sri Lanka, Korban Tewas Tembus 200 Orang Ratusan Lainnya Hilang 

Internasional
2 hari lalu

Banjir dan Longsor Terjang Sri Lanka, 153 Orang Tewas 191 Hilang

Nasional
5 hari lalu

Merger BUMN Karya Batal Rampung Tahun Ini, Mundur Jadi Kuartal I 2026

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal