Perempuan berusia 48 tahun ini menambahkan, pangsa pasarnya kian bertambah ketika ada turis asal Prancis yang memesan bolen buatannya. Bahkan dalam rentang waktu setahun lebih terakhir turis itu rutin membeli produknya.
"Dia ini turis kemarin ke sini pesan 10 boks dibawa ke Paris katanya. Sudah beberapa kali pesan, biasanya yang dari luar kota, luar pulau, dan luar negeri tahu dari Instagram, terus repeat order (pesan lagi)," kata dia.
Bahkan beberapa hari ke depan kata Ismi, turis asal Perancis ini juga kembali memesan bolennya. Bolen itu rencananya akan dibawa ke Amsterdam, Belanda, untuk buah tangan temannya.
"Besok ini dia pesan lagi, katanya mau dibawa ke Amsterdam Belanda, dibuat oleh-oleh katanya," ujarnya.
Penuturan turis itu bolen buatannya memiliki rasa yang khas pada kulitnya. Selain itu, rasa apel disebut cukup khas, yang menjadi varian rasa ini favorit masyarakat di luar daerah dan luar negeri. Terlebih, pengemasan produk yang menarik juga menjadi daya tarik tersendiri.
"Kalau harganya sama semua, di luar negeri, luar pulau sama, yang isi 10 itu harganya Rp65.000, isi enam Rp45.000, isi empat itu Rp25.000. Kalau ke luar negeri dan pulau, beban pengiriman ditanggung yang pesan, karena kan transport-nya mahal," katanya.
Kini dengan pangsa pasar yang sudah meluas hingga luar negeri membuat omzet penjualan bolen Malang melonjak tajam. Sebulan setidaknya pasutri ini bisa mengantongi keuntungan Rp50 juta-Rp70 juta.
"Sebulan sampai Rp50 juta-Rp 70 juta, untuk kendalanya kita di ketahanannya, karena tidak bisa lama-lama di luar, di suhu ruangan itu maksimal 7 hari, kalau di kulkas bisa tahan 14 hari," ucapnya.
"Makanya awal-awal waktu buat itu kalau mendekati expired itu masih banyak kita kasih-kasihkan, karena nggak bisa tahan lama. Biasanya kalau dari freezer kulkas, sebelum dikonsumsi dipanasi dulu, untuk rasa kualitasnya masih sama," tuturnya.