Namun pada 2015, reporter Wall Street Journal John Carreyrou menerbitkan serangkaian laporan memberatkan yang mengungkap kekurangan dan ketidakakuratan teknologi Theranos. Pasien diberikan hasil tes yang tidak akurat terkait dengan kondisi seperti HIV, kanker, dan keguguran.
"Dia mengomersialkan produk medis yang dia tahu tidak berfungsi, mesinnya hanya melakukan beberapa tes yang tidak bekerja dengan baik sama sekali," kata Carreyrou.
Pada 2018, Holmes dan Balwani didakwa melakukan penipuan besar-besaran oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC). Itu menyebabkan Theranos ditutup dan Holmes harus membayar denda 500.000 dolar AS tapi dia tidak mengakui atau menyangkal tuduhan tersebut. Sementara Balwani melawan tuduhan SEC.
Holmes pernah memiliki beberapa pemodal ventura paling kuat dan terkaya di Amerika di belakang Theranos. Investor seperti maestro media Rupert Murdoch, mantan Menteri Pendidikan Betsy DeVos, keluarga Walton yang terkenal dengan Walmart, keluarga Cox, pemilik New England Patriots Robert Kraft, dan investor Meksiko Carlos Slim menjadi sangat terpesona dengannya sehingga rela menggelontorkan jutaan dolar ke Theranos.
Beberapa dari investor tersebut diharapkan bersaksi dalam persidangan Holmes. Sementara jaksa menduga para investor terpengaruh oleh pernyataan yang dilebih-lebihkan dan keliru dari teknologi tes darah.
"Ketika kesepakatan berubah, Anda tidak ingin berada di daftar investor itu lagi," kata Kevin O'Leary, Ketua O'Shares ETF.
Sementara berdasarkan dakwaan, jaksa mengatakan, ada enam transfer dari investor yang tidak disebutkan namanya. Diduga, itu adalah hasil dari klaim penipuan tentang apa yang mereka dapatkan sebagai imbalan.
"Ini akan sangat diteliti dan investor akan diseret kembali ke pers lagi dan dipermalukan karenanya. Saya bisa jamin, itu tidak akan mengubah apa pun,” ujarnya.