Waralaba McDonald's di beberapa negara Muslim termasuk Arab Saudi, Turki, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Yordania menerbitkan pernyataan yang mencoba untuk melepaskan diri dari waralaba Israel, sembari menjanjikan dana dan bantuan ke Gaza.
Namun, hal itu tidak banyak membantu, di mana penjualan waralaba McDonald’s di sejumlah negara Arab anjlok antara 50-90 persen dari bulan ke bulan setelah aksi boikot.
Di Lebanon, pengunjuk rasa menyerang dan merusak restoran McDonald’s setempat, dan kerumunan pengunjuk rasa pro-Palestina di London mengepung beberapa cabang restoran tersebut.
Harga saham perusahaan turun 10 persen pada tahun ini dan telah turun 5,5 persen dibandingkan tahun lalu.
Dengan mengakuisisi seluruh restoran di Israel, hal ini akan memberi McDonald's Corporation kendali lebih besar atas mereknya setelah kerugian terkait dengan tindakan pewaralabanya di Israel. Aksi korporasi ini disebut dapat mempengaruhi hubungan merek-waralaba di masa depan.
“Satu pelajaran yang saya harapkan akan dipelajari oleh McDonalds dan merek global lainnya dari boikot dan kontroversi Israel-Palestina adalah bahwa mereka mungkin berupaya melakukan kontrol yang lebih besar terhadap tindakan pewaralaba lokal yang dapat ditafsirkan sebagai penangkal petir yang dipolitisasi dalam kontrak waralaba awal,” ucap Profesor Politik Timur Tengah di NYU Abu Dhabi, Monica Marks.