JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, dalam upaya memajukan industri manufaktur di dalam negeri, perlu memperhatikan risiko global, salah satunya perubahan iklim. Ini dilakukan untuk mempercepat kebijakan energi hijau dan menurunkan emisi karbon.
“Dalam upaya memajukan sektor industri manufaktur, kita tetap harus memperhatikan risiko global untuk jangka menengah panjang, yaitu salah satunya isu perubahan iklim. Telah dilakukan berbagai cara untuk mengingatkan publik dan pengambil kebijakan terkait dibutuhkannya pembiayaan untuk energi hijau terbarukan ini,” kata dia ketika memberikan virtual keynote speech dalam Green Economy Forum 2023: Realizing Sustainable Growth through Green Economy Commitment di Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Realisasi investasi pada sektor industri pada kuartal I 2023 berhasil mencatatkan nilai sebesar Rp139,9 triliun atau meningkat sebesar 42,5 persen (yoy). Hal ini harus dipacu lebih tinggi lagi karena merupakan salah satu cara untuk membantu Indonesia bisa keluar dari middle income trap.
“Peran sektor industri harus terus ditingkatkan dari 18 persen - 19 persen saat ini menjadi di atas 25 persen dalam 5-10 tahun ke depan,” ujarnya.
Di tengah konflik geopolitik yang relatif menyebabkan peningkatan penggunaan energi fosil, Indonesia tetap menunjukkan komitmen untuk meningkatkan target Nationally Determined Contribution (NDC) per 23 September 2022. Indonesia berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 31,89 persen (dari sebelumnya 29 persen) dengan kemampuan sendiri atau 43,20 persen (dari sebelumnya 41 persen) dengan bantuan internasional pada 2030.
“Untuk mencapai target Enhanced NDC pada 2030, Indonesia secara kontinyu memperkuat kolaborasi sektor swasta dan mendorong pembiayaan yang kreatif dan inovatif," ujarnya.