Kendati demikian, World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen hingga tahun 2026.
“Kita di atas rata-rata pertumbuhan baik negara maju maupun berkembang. Tingkat inflasi relatif terkendali, dan Indonesia adalah salah satu yang berhasil mengembalikan inflasi ke target sasaran," jelas Airlangga.
Rasio utang Indonesia juga di level aman di bawah 40 persen, yaitu di level 38 persen. Ini kalau dianalogikan, pertumbuhan ekonomi ke depan adalah pendakian gunung, karena tantangannya semakin berat.
"Inflasi adalah hujan, karena kalau mendaki gunung dan kemudian hujan, jalan menjadi licin dan semakin berat. Oleh karena itu, oksigen tipis, maka kita perlu menyatukan langkah," ucap dia.
Dia mengatakan, capaian ini merupakan hasil arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), bersama kolaborasi sinergis kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil.
“Ini dukungan dari seluruh masyarakat, dan kebijakan fiskal menjadi shock absorber yang responsif terhadap kebijakan perekonomian. Kebijakan moneter juga berperan strategis menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ungkapnya.
Selain itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa ada harapan untuk tetap optimistis menyongsong ekonomi di 2024.
"Ada situasi kalau suku bunganya tinggi dan bertahan agak lama, walau sekarang diskusinya 'lamanya berapa lama?'. Tadinya ada yang bilang 24 bulan, 18 bulan, sekarang lebih pendek lagi, bahkan ada harapan penurunan suku bunga di second half next year," kata Sri Mulyani
Dia mengatakan, ini memberikan harapan, muncul optimistis. "Karena ini menandakan shock terburuk dari kenaikan suku bunga sudah dilewati," kata Sri.