Terdapat enam produk kelapa dan olahan indonesia yang tinggi nilai ekspornya di dunia yakni kopra diolah dengan nilai ekspor 309,4 juta dolar AS dengan pangsa pasar 25,5 persen dan Indonesia merupakan peringkat 1 di dunia.
Kopra mentah nilai ekspor 236,3 juta dolar AS dengan pangsa pasar 22,92 persen, Indonesia merupakan peringkat 2 di dunia setelah Filipina.
Kelapa parutan kering nilai ekspor 178,8 juta dolar AS dengan pangsa pasar 24,28 persen. Indonesia merupakan peringkat ke-2 di dunia setelah Filipina. Gula kelapa, nilai ekspor 79,1 juta dolar AS dengan pangsa pasar 3,99 persen. Indonesia merupakan peringkat 9 di dunia. Kelapa segar dalam batok, nilai ekspor 58,7 juta dolar AS dengan pangsa pasar 29,8 persen. Indonesia merupakan peringkat ke-2 di dunia setelah Thailand.
Sabut kelapa, bernilai ekspor 9,2 juta dolar AS dengan pangsa pasar 1,2 persen, Indonesia merupakan peringkat 11 di dunia.
“Kita terus berjuang meningkatkan kontribusi ekspor UMKM. Saat ini masih 15,65 persen (data KemenkopUKM Tahun 2019) masih jauh dibanding beberapa negara lainnya, seperti Singapura 41 persen, Thailand 29 persen, atau Tiongkok yang mencapai 60 persen. Pemerintah menargetkan kontribusi ekspor UMKM meningkat menjadi 17 persen di 2024,” ucap Teten.
Adapun faktor penunjang agar ekspor UMKM suatu negara meningkat dapat dilihat dari kinerja Indeks Kinerja Logistik (LPI), terkait optimalisasi ekspor, perlu upaya menekan biaya logistik, mempersingkat waktu pengurusan dokumen ekspor, dan kewajiban pabean.
Teten menambahkan, pembiayaan LPDB-KUKM saat ini 100 persen hanya untuk pembiayaan koperasi.
“Kami juga melalui Smesco Indonesia sebagai Centre of Excellence terus melakukan inovasi kebijakan agar dapat meningkatkan mutu dan daya saing UMKM dan koperasi Indonesia,” tuturnya.