Dia mengungkapkan, BPSDMI siap untuk terus mendukung pengembangan industri di Kabupaten Morowali, seperti yang sudah dilakukan selama ini melalui Politeknik Industri Logam Morowali yang telah menghasilkan lulusan kompeten untuk pemenuhan SDM industri di Kabupaten Morowali.
“Penyelenggaraan Program Setara D1 ini melibatkan unit pendidikan di lingkungan Kemenperin, yakni Politeknik Industri Logam Morowali, salah satu yang akan dikerjasamakan dengan Pemkab Morowali,” ujar Arus.
Melalui Program Setara D1 ini, lanjutnya, Kemenperin dan Pemkab Morowali ingin meningkatkan potensi pengembangan industri pengolahan logam di Kabupaten Morowali. Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah dalam menjalankan kebijakan hilirisasi industri, khususnya untuk meningkatkan nilai tambah minerba yang ada di dalam negeri.
Kemenperin mencatat, Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah sudah berhasil melakukan hilirisasi terhadap nickel oremenjadi stainless steel.
Sebagai gambaran, harga nickel ore jika dijual hanya sekitar 40 dolar AS sampai 60 dolar AS, sedangkan ketika sudah menjadi stainless steel harganya bisa di atas 2.000 dolar AS.
Sementara itu, nilai ekspor produk dari Kawasan Industri Morowali, sudah mampu menembus 4 miliar dolar AS, baik itu pengapalan produk hot rolled coil maupun cold rolled coil ke Amerika Serikat dan China.
Kontribusi Kawasan Industri Morowali, juga diperlihatkan dari capaian investasi yang signfikan, lebih dari 5 miliar dolar AS dan jumlah penyerapan tenaga kerja melampaui 30.000 orang.