Bisnis taksi yang dibangun bersama kedua anaknya, Chandra Suharto dan Purnomo Prawiro tersebut diberi nama ‘Chandra Taxi’. Ketiganya mengonsep bisnisnya agar dapat dipesan melalui telepon pribadi.
Di awal peluncuran, Ibu Djoko tersendat di masalah perizinan, sehingga pemesanan taksi hanya terbatas pada pelanggan setianya. Namun setelah berjuang selama 6 tahun, bisnis taksi miliknya berhasil mengantongi izin dari Wali Kota Jakarta.
Sukses mendapatkan izin, Ibu Djoko kemudian mengubah nama taksinya menjadi ‘Blue Bird’. Nama tersebut diambil dari salah satu kisah legendaris favoritnya, The Bird of Happiness.
Sejak saat itu, Blue Bird berkembang dengan sangat pesat. Hingga pada tahun 1972, Blue Bird secara mengeluarkan 25 armada di Jakarta dengan sistem tarif berdasarkan argometer dan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014.
Kini, Blue Bird telah memiliki lebih dari 25.000 unit armada dan 30.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 9 juta penumpang dari berbagai kota yang diangkut taksi ini setiap harinya.
Tak berhenti di situ, Blue Bird semakin melebarkan sayap dengan membangun sejumlah anak perusahaan dan merambah ke mobil listrik. Taksi Pusaka, Silver Bird Executive Taxi, Golden Bird Car Rental, Iron Bird Logistic, dan Big Bird Bus menjadi beberapa unit usaha dari Blue Bird yang begitu melegenda.