Selain itu, pasokan minyak dari Libya diperkirakan akan mengguyur pasar setelah dicabutnya pembekuan produksi minyak negara itu oleh negara-negara yang memboikot minyak Libya. Pencabutan force majeure pada produksi minyak mentah Libya mengindikasikan ada pasokan sekitar 850.000 barel per hari.
Meski demikian, analis memperkirakan tekanan lanjutan pada minyak akan terjadi akibat kekhawatiran atas ekonomi global. "Brent telah turun secara nyata di bawah 100 dolar AS per barel minggu ini. Kemungkinan akan terus meluncur mengingat kekhawatiran resesi mungkin tidak akan mereda untuk saat ini," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Selain itu, sentimen pasar bearish juga mengikuti wabah Covid-19 baru di China, yang telah menghambat pemulihan permintaan minyak. Throughput kilang China pada Juni menyusut hampir 10 persen dari tahun sebelumnya, dengan produksi untuk semesterI 2022 jatuh 6,0 persen, merupakan penurunan yang pertama sejak 2011.