Pacu Pemerataan Pembangunan dan Kesejahteraan, Ganjar-Mahfud Dorong Pacu Nilai Tambah di Semua Komoditas

Dinar Fitra Maghiszha
Direktur Eksekutif Teknologi Nilai Tambah TPN Ganjar-Mahfud, Gembong Primadjaja. (Foto: Ist)

JAKARTA, iNews.id - Berbagai cara dilakukan pasangan Ganjar-Mahfud demi menyejahterakan masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan program Teknologi Nilai Tambah

Direktur Eksekutif Teknologi Nilai Tambah TPN Ganjar-Mahfud, Gembong Primadjaja menuturkan, jika sebelumnya struktur kepemilikan usaha industri dipegang oleh perusahaan-perusahaan besar, maka program Teknologi Nilai Tambah akan mendistribusikan pertumbuhan nilai kesejahteraan dengan menjadikan masyarakat sebagai pemiliknya.

"Bentuknya bisa koperasi atau usaha kelompok tani. Program ini akan menjadikan perubahan transformasi struktur masyarakat agraris menjadi masyarakat agroindustris," ujar Gembong dalam keterangannya, Selasa (2/1/2024).

Production by the mass di desa-desa tentu akan menjadikan Indonesia maju dan merata. Tidak seperti sekarang, di mana sawit dominan diolah jadi CPO yang harganya fragile turun naik di market internasional, begitu pula dengan karet.

Gembong menyebut, proses teknologi nilai tambah secara sederhana bisa digambarkan sebagai berikut, Agroindustri (koperasi/kelompok tani) di desa akan bekerja sama dengan perusahaan besar. Nantinya, mereka dipercaya untuk memproduksi produk setengah jadi atau jadi dimana produknya bisa dimanfaatkan di desanya sendiri dan sebagiannya dijual ke perusahaan besar untuk pasar regional atau internasional.

Jadi, tidak ada lagi komoditi sawit dan karet di Pulau Kalimantan dan Sumatera yang dominan dimiliki oleh perusahaan besar. Dua komoditi tersebut harus diolah hingga produk akhir. 

"Sawit tidak lagi diolah menjadi CPO yang harganya fragile turun naik di market internasional, tetapi langsung diolah menjadi minyak goreng, margarin, biodiesel, biogasoline, atau oleochemical," tuturnya.

Begitu pula dengan komoditi karet di mana saat ini pabrik salah satu alat kontrasepsi kondom yang produknya tersebar masif di Indonesia ternyata masih dikuasai oleh Malaysia sebagai pemilik industri besarnya. 

Editor : Aditya Pratama
Artikel Terkait
Nasional
8 hari lalu

Konsumsi Minyak Sawit Nasional Tahun Ini Naik 5,13%, Tembus 18,5 Juta Ton

Nasional
17 hari lalu

Hakim Djuyamto Melawan usai Divonis 11 Tahun Kasus Suap Vonis Lepas CPO, Ajukan Banding

Nasional
21 hari lalu

KPK Panggil 2 Mantan Pejabat Kementan terkait Korupsi Pengolahan Karet

Nasional
22 hari lalu

Terbukti Terima Suap, Eks Ketua PN Jaksel Divonis 12,5 Tahun Penjara

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal