Sementara, banyak penduduk pulau tidak tahu bagaimana mereka akan bertahan tanpa bahan bakar. Ada antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar di seluruh Sri Lanka selama berbulan-bulan.
Seorang sopir taksi di Sri Lanka, Chinthaka Kumara menyebut bahwa larangan tersebut akan menciptakan lebih banyak masalah bagi orang-orang.
"Saya seorang pencari nafkah harian. Saya sudah berada dalam antrean ini selama tiga hari dan saya tidak tahu kapan kami akan mendapatkan bensin," ucapnya kepada BBC.
Pengemudi yang ingin membeli BBM juga sudah diminta untuk pulang, dengan token yang dibagikan bertujuan untuk menjatah stok bahan bakar yang langka.
"Saya mengantre selama dua hari. Saya mendapat token nomor 11, tapi saya tidak tahu kapan saya akan mendapatkan bahan bakar. Saya harus pergi ke kantor sekarang, jadi saya tidak punya pilihan selain meninggalkan kendaraan saya di sini," ujar seorang eksekutif sektor swasta, S Wijetunga.