Menurutnya, kualitas singkong yang baik menentukan kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan. Ketika kualitas maksimal 90 persen dari singkong bisa dihasilkan menjadi produk cemilan. Sebaliknya, pihaknya biasanya hanya bisa menggunakan 40 persen hingga 50 persen dari singkong yang tidak memiliki kualitas maksimal.
“Makanya kami sangat tegas untuk memilih bahan baku sesuai dengan standar. Ketika menggunakan bahan baku yang tidak bagus, rasa kroket kami bisa pahit,” tuturnya.
Selain memastikan kualitas bahan baku, tantangan selanjutnya yang dihadapi adalah membagi waktu antara bisnis yang dikelola dan kegiatan sosial yang dilakukan oleh Nila. Pasalnya, dia mengemban tugas sebagai Sekretaris Forum Kota Depok Sehat dan Ketua Lembaga Konsultasi dan Kesejahteraan Keluarga.
Bahkan, Nila pernah pergi ke pasar dengan batik dan sepatu pantofel untuk membeli sekitar 30 hingga 60 kilogram singkong dengan motor. Apalagi, saat itu Nila tidak memiliki karyawan yang bisa membantu membeli bahan baku ke pasar.
Cemilan yang ditawarkan pihaknya pun disediakan dalam keadaan beku (frozen food). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya tahan dari produk tersebut. Ini membuat banyak keluarga tertarik untuk membeli dan bahkan menyetok produknya sebagai cemilan di rumah.