Dari sisi neraca keuangan, perseroan mencatatkan total aset pada periode Maret 2025 sebesar Rp1,26 triliun atau tumbuh sekitar 20,77 persen dibandingkan aset tahun 2024 sebesar Rp1,05 triliun.
Total ekuitas NICL mengalami peningkatan dari Rp878,18 miliar menjadi Rp1,07 triliun pada tiga bulan pertama 2025 disebabkan peningkatan saldo laba tahun berjalan perseroan yang sangat signifikan.
Pada tahun ini harga nikel diprediksi bergerak fluktuatif imbas perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang masih membayangi stimulus ekonomi global ditambah dengan adanya kelebihan pasokan yang dapat menambah tekanan pada harga nikel.
Namun, terdapat katalis positif untuk industri nikel dalam negeri dimana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk tidak melakukan pemotongan kuota bijih nikel, dimana sebelumnya direncanakan akan ada pemotongan sebesar 50 persen, yang dapat memberikan angin segar bagi pasar nikel domestik.
Selain itu, penerapan PP No 19/2025 tentang Tarif Royalti Minerba secara tidak langsung akan berpengaruh tidak hanya terhadap kinerja Perseroan tetapi memiliki dampak ke seluruh penambang Nikel. Adapun strategi Perseroan menghadapi kondisi ini dengan melakukan beberapa efisiensi dalam kegiatan produksi sehingga tetap dapat memberikan Margin yang optimal.