Hal itu imbas sanksi Barat dan harga minyak yang anjlok karena merupakan komponen terbesar dibanding gas alam yang berkontribusi pada anggaran Rusia. Sementara harga minyak mentah patokan Eropa, Brent telah anjlok 25 persen sejak puncaknya pada awal Juni lalu.
Menurut pakar Eropa Timur di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan Janis Kluge, pengeluaran Rusia meningkat tajam, baik pada militer, dan pada langkah-langkah untuk melindungi ekonomi dari dampak sanksi Barat. Menurutnya, lubang di keuangan Kremlin bisa menjadi lebih luas karena pengeluaran militer yang meningkat.
"Pengeluaran militer awalnya direncanakan menjadi 3,5 triliun rubel tahun ini, tetapi tingkat ini kemungkinan besar sudah terlampaui pada bulan September," kata Kluge.
Namun Presiden Rusia Vladimir Putin membantah ekonomi negaranya sedang dalam masalah. Dia mengatakan, taktik 'economic blitzkrieg' Barat telah gagal, dan Rusia dapat mengatasi tekanan eksternal.