"Ataupun juga kita menggunakan teknologi terbaru melalui predictive maintenance, bisa kita menggunakan termografi. Jadi kita foto, dari foto kelihatan mana spot yang panas, mana yang masih aman, itu kita olah dan kita lakukan pemeliharaan," kata Doni saat ditemui di PLTA Bengkok, Bandung, Selasa (3/9/2024).
Selain itu, PLTA Bengkok juga mempunyai feature tribologi terkait pelumasnya. Kemudian juga ada feature untuk memastikan vibrasi di turbin kita.
“Jadi kita ukur, kalau vibrasinya melebihi (batas) toleransi, kita perlu melakukan langkah perbaikan," tutur dia.
Menurut Doni, ongkos perawatan PLTA Bengkok relatif murah karena berbeda dengan pembangkit termal yang memiliki temperatur dan putaran tinggi hingga 3.000 RPM.
"Kalau di PLTA tuh di sini kita putarannya rendah, hanya 750 RPM, temperaturnya dingin. Otomatis untuk biaya operasi lebih murah. Kalau di sini mungkin sekitar Rp200-300 per kWh untuk kita biaya produksi," ucapnya.
Dengan langkah-langkah itu, PLTA Bengkok mampu tetap prima meski telah lebih dari 100 tahun beroperasi. Ia berharap PLTA ini bisa mendukung energi hijau di Tanah Air.
“Kami berkomitmen untuk menjaga PLTA Bengkok terus eksis menjadi pembangkit energi hijau yang berkelanjutan. Ini menjadi bagian dari sejarah panjang pemanfaatan energi ramah lingkungan di Indonesia,” ujar Doni.