Di seluruh Eropa, kekurangan pasokan gas terus dilaporkan. Pada Jumat pekan lalu, perusahaan energi Italia, Eni menyatakan hanya menerima setengah dari gas yang diharapkan dari raksasa gas yang dikendalikan negara Rusia, Gazprom. Slovakia dan Austria juga melaporkan penurunan.
Prancis menyatakan tidak menerima gas Rusia dari Jerman sejak 15 Juni. Sementara Polandia, Bulgaria, Finlandia, Denmark, dan Belanda telah menghentikan pengiriman gas Rusia setelah menolak permintaan untuk membayar dalam rubel Rusia.
Bulan lalu, negara-negara Eropa sepakat untuk mencoba melindungi diri dari volatilitas harga gas dengan mengisi fasilitas penyimpanan. Mereka bersama-sama berkomitmen untuk mencapai setidaknya 80 persen kapasitas pada November, dengan data terbaru menunjukkan mereka berada di sekitar 55 persen.
Birol mengatakan, krisis gas yang sedang berlangsung sekarang membenarkan tindakan darurat jangka pendek untuk mengurangi permintaan, seperti meningkatkan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara, dan jika mungkin memperpanjang umur pembangkit listrik tenaga nuklir. Jika ada penghentian total pasokan gas Rusia, menurutnya, tindakan drastis mungkin diperlukan.
"Saya tidak mengesampingkan kemungkinan Eropa akan membutuhkan penjatahan gas yang terencana dan teratur. Saya tidak mengatakan ini adalah skenario dasar, tetapi melihat beberapa bulan terakhir, jika bukan beberapa tahun, pengalaman yang kami miliki dengan Rusia sebagai mitra energi, ini adalah skenario yang tidak dapat kami singkirkan untuk saat ini," tuturnya.