JAKARTA, iNews.id - Bali United menjadi klub pertama di Indonesia yang menawarkan sahamnya ke publik. Langkah tersebut bersejarah karena tidak banyak klub sepak bola yang memutuskan untuk go-public.
Keputusan sebuah klub sepak bola untuk go-public adalah langkah yang besar karena bursa menjadi salah satu ladang uang. Klub bisa meraup dana besar dari investor untuk membiayai operasional dan meningkatkan fasilitas klub.
Sebagai gantinya, klub layaknya perusahaan harus efisien dan meraup keuntungan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Dengan begitu, klub dituntut untuk kreatif mencari sumber pemasukan seperti jual beli pemain hingga menjual kaos dan merchandise dalam skala besar.
Di level internasional, tidak banyak klub yang sahamnya menarik perhatian investor. Bahkan, sebagian dari mereka keluar dari bursa (delisting). Misalnya, Tottenham Hotspur (Inggris) dan Celtic (Skotlandia)
Kendati demikian, ada sejumlah klub yang bertahan di bursa efek. Berikut 5 di antaranya yang dirangkum dari berbagai sumber:
Pemilik: Keluarga Glazer (97 persen), Baron Capital (1,12 persen), Lindsel Train (0,6 persen), publik (1,28 persen)
Kode: MANU
Salah satu klub terbesar di dunia ini tercatat menawarkan saham perdana (IPO) pada Juni 1991 di London Stock Exchange. Saat itu, MU memperoleh dana segar 10 juta dolar AS yang sebagian besar digunakan untuk memperbaiki stadion.
Klub ini sempat delisting pada 2005 sebelum comeback ke New York Stock Exchange pada 2012 setelah diakuisisi Malcolm Glazer. Saat itu, valuasi klub berjuluk Setan Merah itu dihargai 2,3 miliar dolar AS.
Dari IPO, MU meraup dana segar 233 juta dolar AS. Dana IPO itu kemudian digunakan untuk membayar utang MU yang membengkak karena Glazer membeli klub lewat utang.
Harga saham MU cukup fluktuatif sejak IPO tujuh tahun silam. Harganya saat ini sekitar 18 dolar AS sementara saat IPO 14 dolar AS. Harga saham MU sempat menyentuh posisi tertinggi pada September 2018 sebesar 25,4 dolar AS.