Hanya saja, FHCI akan menyesuaikan atau mempertimbangkan dengan kepentingan dari masing-masing perseroan negara.
“Karena kita menggunakan benchmark, karena kalau bicara bahasa Inggris ini kan sesuatu yg bersifat umum, bukan hanya di tes RBB. Jadi tentunya hal ini kita akan lihat kembali, dan tetap akan memperhatikan kepentingan dari masing-masing BUMN secara keseluruhan dan tetap menggunakan benchmark yang ada di luar,” tutur dia.
Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal FHCI BUMN, Dharma Syahputra, menyebut tes bahasa Inggris di RBB disematkan untuk kebutuhan BUMN. Namun, pihaknya tetap memperhatikan masukan yang sempat ramai dikeluhkan di sosial media.
“Kita sangat memperhatikan masukan yang ramai teman-teman di media, yang menyatakan sulit sekali dan sebagainya, jadi memang tes bahasa Inggris ini kita susun pertama spesifik untuk kebutuhan BUMN,” ucap dia.
“Karena itu tentu sesuai dengan yang kita butuhkan. Kemarin kita benchmark, kita pakai standar-standar bahasa Inggris yang ada. Tapi yang kemarin di-note Pak Menteri, kita lakukan penyesuaian, mudah-mudahan tahun ini experience-nya lebih bagus,” kata Dharma.