“Kemudian, Kemenperin juga menyelenggarakan sistem penerimaan siswa baru yang sangat selektif melalui jalur Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS), baik JARVIS Prestasi, JARVIS Bersama dan JARVIS Mandiri, sehingga terpilih siswa-siswa yang berkualitas sebagai SDM industri” ujar Arus.
Arus menjelaskan, pelaksanaan Pendidikan di SMK-SMAK Bogor selaras dengan komitmen BPSDMI Kemenperin untuk memperkecil competency gap antara dunia industri dengan dunia pendidikan.
“Dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri yang besar, mencapai sekitar 600 ribu orang per tahun, keberadaan SDM kompeten menjadi faktor sangat penting dalam mendukung pertumbuhan industri. Sehingga Kemenperin melalui unit pendidikannya menyelenggarakan pendidikan setara D1 sebagai wujud nyata kerja sama antara pemerintah, institusi pendidikan, dan dunia industri,” ungkap Arus.
Wakil Manajemen Mutu SMK-SMAK Bogor, Rusman, mengatakan kegiatan belajar di sekolah tersebut menggunakan kurikulum yang terintegrasi antara Kemendikbud serta Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan sudah diselaraskan dengan kebutuhan industri.
Pembelajaran dilaksanakan dengan metode dual system dengan proporsi 70 persen praktik dan 30 persen teori yang berlangsung selama empat tahun, termasuk program magang di industri selama enam bulan.
“Berdasarkan testimoni yang disampaikan oleh industri, lulusan SMK-SMAK Bogor memiliki kompetensi lebih dari cukup untuk menghadapi dunia industri, bahkan dibandingkan dengan lulusan D3. Mereka dapat beradaptasi dengan cepat terkait bidang pekerjaannya, dan cepat menerima dan mengeksekusi arahan,” tutur Rusman.