Misalnya, pengemudi tuk tuk bisa mengisi tangki mereka dengan bahan bakar hingga 5 liter di SPBU setiap minggunya. Pengendara dengan kendaraan yang lebih besar dialokasikan kuota yang lebih besar.
"Sistem QR diperkenalkan karena kebutuhan bahan bakar harian tidak dapat dipenuhi," tulis Wijesekera, dalam akunnya di Twitter pekan lalu.
Meskipun menggunakan sistem penjatahan, antrean panjang tetap ada di luar SPBU.
"Kadang-kadang, tidak ada bahan bakar di gudang. Jadi, kita harus menunggu dalam antrean sampai datang. Bisa sehari, dua hari, atau tiga hari. Selama waktu itu, kami harus tetap di dalam mobil, makan makanan kami di sana dan menunggu," kata sopir travel Frank Joseph Alvis.
"Sangat panas. Anda tidak bisa menyalakan AC karena tidak ada bahan bakar," imbuhnya.
Saat antrean bergerak maju, Alvis akan mendorong vannya alih-alih menyalakan mesin untuk menghemat bahan bakar sebanyak mungkin. Seperti banyak pengemudi di Sri Lanka, dia tidak mampu membeli bahan bakar mahal yang dijual di pasar gelap dan harus mengantre setiap minggu.
"Ini adalah krisis terburuk. Bahkan selama Perang Saudara, kami tidak memiliki masalah bahan bakar," ujarnya, merujuk pada pemberontakan yang terjadi pada 1983 hingga 2009.
Pada Senin (1/8/2022), sistem kode QR diterapkan di seluruh SPBU Sri Lanka. Operator didorong untuk memastikan setiap plat nomor kendaraan sesuai dengan di National Fuel Pass-nya.
"Pendistribusian BBM akan diprioritaskan untuk SPBU yang sudah mengadopsi sistem QR. Sistem akan dipantau untuk mengecek jumlah pengguna QR (kode) dari stok yang didistribusikan ke SPBU," kata Kementerian Tenaga dan Energi dalam keterangannya.
Menurut beberapa pengemudi, sistem kode QR secara ketat membatasi alokasi bahan bakar dan mempersulit penyimpanan untuk penjualan ilegal. Namun, mungkin ada cara untuk menghindari kebijakan tersebut.
"Saya mendapatkan satu tangki penuh bensin dengan memberikan uang tambahan kepada seorang pekerja di stasiun," ucap Akshant.
Dia menambahkan, "Beberapa pengemudi bus juga melakukan bisnis yang sama saat membeli bahan bakar diesel. Mereka membelinya, membongkarnya dan menjualnya dengan harga lebih tinggi."
Pemerintah menyadari perdagangan bahan bakar ilegal dan berupaya untuk menghilangkannya. Menurut Kementerian Tenaga dan Energi Sri Lanka, pelanggar berulang dapat memiliki kode QR yang ditangguhkan dan menghadapi tindakan hukum. Di Kolombo, banyak SPBU memasang tanda untuk mencegah malpraktik.
"Bensin hanya boleh dipasok langsung ke tangki bahan bakar kendaraan di gudang Lanka IOC dengan segera. Dilarang menjual bensin dari gudang Lanka IOC ke dalam kaleng, wadah, atau botol," bunyi tulisan di dispenser bahan bakar di salah satu pompa bensin milik perusahaan energi Lanka IOC.
Namun, beberapa orang menemukan cara untuk melakukan perdagangan BBM ilegal.
"Pemilik SPBU tidak tahu tentang bisnis uang tambahan ini. Itu antara staf dan pengemudi," kata Akshant.