KABUL, iNews.id - Tindakan keras Taliban telah menyebabkan jatuhnya penggunaan mata uang kripto di Afghanistan. Ini terjadi setelah negara itu terputus dari perbankan global dan bantuan internasional pada tahun lalu.
Menurut laporan perusahaan riset blockchain Chainalysis, nilai kripto yang diterima di negara itu telah turun menjadi rata-rata kurang dari 80.000 per bulan sejak November 2021. Angka tersebut merosot dari rekor lebih dari 150 juta dolar AS pada September tahun lalu tepat setelah Taliban kembali berkuasa.
"Tindakan keras Taliban memiliki efek mengerikan yang besar pada pasar kripto negara itu. Dealer kripto dibiarkan dengan tiga pilihan, melarikan diri dari negara itu, menghentikan operasi, atau mengambil risiko," tulis laporan tersebut, dikutip dari Bloomberg, Minggu (9/10/2022).
Masyarakat Afghanistan beralih ke koin virtual sebagai jalur kehidupan untuk menerima pengiriman uang dan sumbangan asing. Selain itu, juga untuk melindungi tabungan mereka dari Taliban.
Pada Agustus lalu, rezim memberlakukan larangan nasional terhadap kripto. Mereka menyebut kripto haram. Taliban menangkap 13 dealer kripto yang menentang perintah untuk menghentikan perdagangan token digital. Mereka kemudian dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu persidangan.
Chainalysis menyatakan, Afghanistan telah turun ke bagian bawah indeks adopsi kripto setelah menempati urutan ke-20 tahun lalu. Pasar kripto Timur Tengah dan Afrika Utara secara keseluruhan relatif kecil tetapi di antara yang tumbuh paling cepat.
Menurut peneliti, pengguna di sana menerima kripto senilai 566 miliar dolar AS sejak Juli 2021 hingga Juni 2022. Jumlah itu melonjak 48 persen dibanding tahun sebelumnya.