Michael Umbas selaku Host yang juga founder UMKM Tangguh Indonesia mengaku langkah kolaborasi harus konsisten dijalankan untuk mempercepat proses vaksinasi.
”Vaksin ini memang jadi game changer, kita akhirnya punya solusi meski masih berproses, itu yang harus didorong selain protokol kesehatan ketat,” ujarnya.
Sementara, Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto memaparkan peranan BNI terhadap sektor Pariwisata saat pandemi. Dia menjelaskan empat sektor yang dilakukan BNI, yakni pada sektor pemberdayaan dan pendampingan, peningkatan kemampuan SDM, relaksasi dan restrukturisasi kredit, serta pada sektor pembiayaan.
Dalam pemberdayaan dan pendampingan, BNI mendukung dalam bentuk sarana penunjang sektor pariwisata dengan pembiayaan CSR dalam pembangunan Homestay.
Dalam bidang peningkatan kemampuan SDM pengelola meliputi softskill dan hardskill. Apik menjelaskan BNI membantu dengan program-program yakni membangun SDM Management pengelolaan Wisata; Pelatihan Packaging Produk; Pelatihan Pemasaran Produk.
Bantuan BNI yang ketiga terkait Relaksasi dan Restrukturisasi kredit. BNI telah memberikan relaksasi berupa restrukturisasi kredit dan menyalurkan Subsidi bunga kepada 34.055 UMKM binaan BNI yang bergerak di sektor pariwisata
Sedangkan sektor Pembiayaan, Apik mengatakan BNI telah melakukan penyaluran kredit kepada UMKM yang ada di daerah Wisata di seluruh Indonesia.
"Total pembiayaan BNI pada UMKM di Sektor Pariwisata hingga tanggal 31 Desember 2020 sebesar Rp.5.197 Miliar kepada 25.025 UMKM," katanya.
Dalam diskusi itu, Chairman Bali Tourism Board Gus Agung menjelaskan Bali adalah daerah paling terdampak pandemi Covid-19. Hal ini tak bisa dipungiri karena semua sektor di Bali tergantung pada pariwisata.
"Jadi dari 34 provinsi di Indonesia, Bali adalah yang paling tertekan. Sebab sebelum pandemi, Bali ini paling nyaman dengan pariwisata, maka sekarang paling tertekan. Beras, telor, dan kebutuhan pokok di Bali tergantung pariwisata," katanya.
Oleh karena itu, Gus Agung sepakat bahwa vaksinasi yang saat ini digenjot pemerintah menjadi kata kunci untuk menjawab permasalahan. Bagi Gus Agung, tahun 2021 adalah tahun berbenah dan tahun bersih-bersih sebagai masa transisi. Sebab sepanjang 2020 adalah tahun kegelapan dimana Bali sangat terpuruk.
"Kuncinya sekali lagi adalah vaksinasi. Kita harap 2022 bersih, kita bisa transformasi benar-benar dengan digital dan inisiatif perubahan lainnya," katanya.
Gus Agung menegaskan Bali memerlukan 2 juta vaksin, sehingga 60-70 persen masyarakat Pulau Dewata bisa divaksin. Inilah satu-satunya langkah penyelamatan yang diperlukan di Bali.
Adapun pembicara lain, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UMKM, M. Riza Damanik, mengatakan di masa pandemi Covid-19 ini ada dua kelompok masyarakat pelaku UMKM yang menjadi fokus Kemenkop UMKM untuk dibantu dalam hal permodalan.
Pertama adalah para pelaku UKMM yang sudah melakukan pinjaman. Mereka dibantu dengan skema relaksasi serta pemberian subsidi bunga. Dan sepanjang 2020 lalu bantuan ini sudah banyak digunakan. Baik dalam skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun yang non-KUR.
Kedua, ujar Riza, adalah kelompok yang belum dapat akses ke bank. Tantangan yang dihadapi pada bagian ini adalah pendataan. Yakni bagi masyarakat yang belum punya akun di bank dan sebagainya.
"Terhadap kelompok kedua ini, kita berikan stimulas dengan PBUM Banpres Produktif. Mereka dikasi bantuan, bukan karena miskin tapi pelaku usaha mikro ini mengalami gangguan akibat covid. Sudah ada 12 juta pelaku usaha mikro yang dibantu dan secara bersamaan kami juga aktif memberikan pendataan ke bank," kata Riza.
Terkait UMKM lingkup pariwisata, kata Riza, Kemenkop UKM secara programatik mengidentifikasi tempat wisata khususnya di lima destinasi priorotas. Dalam hal ini terutama Bali dan ada daerah lain yang selama ini bertumpu pada pariwisata.
Riza berharap program vaksinasi berjalan optimal dan lancar. Namun, protokol harus tetap dijalankan sebagai gaya hidup baru.