Wall Street Ditutup Melemah Imbas Inflasi AS yang Tembus 8,5 Persen

Anggie Ariesta
Bursa Amerika Serikat atau Wall Street. (Foto: Reuters)

Laporan CPI Departemen Tenaga Kerja menunjukkan harga yang dibayar konsumen perkotaan AS untuk sekeranjang barang mencatat lompatan bulanan terbesar sejak September 2005. 

Mahalnya harga barang memicu lonjakan inflasi menjadi 8,5 persen pada Maret 2022, yang merupakan angka inflasi terpanas selama lebih dari empat dekade.

Sebagian besar pertumbuhan CPI teratas disebabkan oleh lonjakan bulanan 18,3 persen dalam harga bensin, ke rekor tertinggi 4,33 dolar AS per galon.

Saham energi menikmati persentase kenaikan terbesar di antara 11 sektor utama di S&P 500, melonjak 1,7 persen didukung lonjakan harga minyak mentah.

Laporan CPI mempengaruhi ekspektasi investor mengenai kenaikan suku bunga yang akan datang dari The Fed. Namun sentimen negatif semakin meningkat menyusul hasil lelang treasury 10 tahun senilai 34 miliar dolar AS yang buruk.  

Wall Street perlahan berbalik arah ke zona negatif, dipicu aksi jual saham sektor keuangan dan perawatan kesehatan. Volume di bursa AS adalah 11,25 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 12,60 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Editor : Jeanny Aipassa
Artikel Terkait
Makro
1 jam lalu

BI Dinilai Perlu Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen, Ini Alasannya

Makro
16 hari lalu

BPS Catat Inflasi November 0,17 Persen, Harga Pangan Stabil Jelang Akhir Tahun

Nasional
16 hari lalu

Inflasi RI Tembus 0,17% di November 2025, Dipicu Harga Emas Perhiasan

Nasional
22 hari lalu

Lapor ke Prabowo, Mendagri Tito Pastikan Inflasi Terkendali

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal