Pada kesempatan itu, Menlu Retno mengaku sangat senang karena Indonesia melalui Bio Farma menjadi salah satu negara yang akan menerima transfer teknologi mRNA. Bio Farma, sebagai manufaktur vaksin terbesar di Asia Tenggara. Setiap tahunnya kapasitas produksi Bio Farma mencapai 3,2 miliar. Bio Farma menyediakan 14 jenis vaksin yang sudah diekspor ke lebih dari 150 negara,
Alih teknologi ini akan berkontribusi dalam memastikan akses setara terhadap obat-obatan agar kita dapat pulih bersama dan pulih menjadi lebih kuat, recover together recover stronger.
Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan Bio Farma sendiri sudah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengembangan teknologi mRNA ini, seperti pembangunan fasilitas produksi, untuk pembuatan mRNA skala Pilot dan skala komersial terbatas (gedung 34) dan juga yang terpenting adalah Human Resources.
“Tentu kami menyambut baik, ditunjukanya Bio Farma sebagai satu-satunya perusahaan vaksin di Indonesia yang akan menerima transfer teknologi mRNA. Insya Allah kepercayaan ini, akan kami manfaatkan untuk mendukung kemandirian bangsa dalam membuat vaksin dengan teknologi terbaru secara mandiri” ungkap Honesti.
Sebelumnya, Bio Farma sendiri sudah mencari partner untuk pengembambangan melalui penjajakan kerjasama dengan University of Manchester untuk penguasaan seed mRNA sehingga sudah Bio Farma sudah memiliki dasar teknologi mRNA ini.
Sebagai langkah awal, sesuai dengan program Transfer of Technology, Bio Farma akan belajar mengenai pembuatan vaksin Covid-19 dengan teknologi mRNA.
“Namun intinya adalah kami akan belajar menguasai platform teknologi mRNA ini, untuk jenis vaksin selain Covid-19 (beyond Covid-19), dan untuk persiapan manakala terjadi pandemi, karena mRNA merupakan teknologi rapid response yakni teknologi cepat dalam pengembangan dan produksi vaksin (plug and play), selain untuk pembuatan vaksin, teknologi mRNA ini, bisa juga digunakan untuk pembuatan produk terapeutik, seperti obat kanker dan lain-lain,” tutur Honesti.