Diakui Ahok, selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dirinya berpikir bagaimana cara untuk menghemat anggaan dan tenaga. Kemudian menurutnya digitalisasi adalah kuncinya, karena dengan digitalisasi itu akan menghemat banyak waktu termsuk pelayanan bagi warga DKI Jakarta.
"Misal dulu kita kenal kalau ada jalan jelek, kadang udah meninggal banyak orang di berita, pemerintah gak bisa kerjakan, karena sistem anggarannya memang agak rumit. Lalu saya bikin dengan e-budgeting dengan sistem e-katalog, orang begitu masuk laporan, paling dua hari tim PU udah kerja, beresin," ucapnya.
Diungkapkan Ahok, hal itu mampu dilakukan dengan bantuan pihak lain yang paham akan teknologi. Ia menjelaskan keinginannya bagaimana ketika ada laporan masuk maka sistem akan memberikan notifikasi kepada dinas atau wilayah, seperti halnya perumahan.
Kemudian ketika ada notifikasi maka lampu di titik itu akan merah, kalau sudah direspons akan berganti kuning. Namun, jika tiga hari tidak juga ada respons maka dirinya akan langsung memecat pegawai dinas atau wilayah tersebut.
Oleh karena itu menuturnya, dalam sistem apa pun maka ujungnya harus ada manusia yang melakukan analisa. Dengan begitu, tidak menimbulkan kesalahan yang tidak diinginkan.
"Nah itu kira-kira bagi saya yang paling penting, teknologi tidak nambah biaya, pasti kita keluar biaya pertama bikin, tapi ujungnya harus bisa mengoptimalsasi biaya, itu sih targetnya. Kita mulai cuan gitu aja kan, tapi cuan untuk semua orang," ujar Ahok.