Dia menegaskan, kebijakan itu bukan untuk mendorong bursa semakin tertutup alias tidak transparan. Investor masih bisa mengakses data-data tersebut saat sesi perdagangan ditutup. "Data-data transaksi lengkap tetap dapat di akses di akhir hari," katanya.
Kebijakan tersebut, menurut Laksono, juga berlaku di bursa-bursa lain di dunia. Selama ini, dia menyebut, beban data transmisi BEI semakin berat oleh maraknya aktivitas trading.
"Trading engine (mesin perdagangan) yang kita pakai buatan Nasdaq dan data protokol yang baru dari Itch and Ouch terpaksa dimodifikasi untuk mengakomodasi ini. Kalau frequency transaksi masih rendah tidak terlalu masalah tapi kalau frekuensi transaksi naik mulai terasa bebannya. Kita harus ambil best practices yang ada di bursa-bursa lain," kata Laksono.