JAKARTA, iNews.id - Keputusan Bank Indonesia menaikkan BI7DRRR atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen dinilai merupakan keputusan yang tepat, antisipatif dan forward looking.
Co-Founder & Dewan Pakar ISED, Ryan Kiryanto, mengatakan keputusan BI tersebut, sesuai dengan ekspektasi inflasi inti dan inflasi indeks harga konsumen (IHK) ke depan yang terkendali sesuai target yang 3 persen +/- 1, di tengah masih tingginya inflasi global, terutama di negara-negara maju (AS dan Eropa).
Menurut dia, BI bertindak taktis antisipatif dengan menaikkan BI Rate hanya 25 bps mengingat ekspektasi inflasi global yang masih tinggi dan akan diikuti kenaikan suku bunga acuan global meskipun dengan tingkat agresivitas yang berkurang.
"Keyakinan ekspektasi inflasi domestik yang melandai menuju sasaran jangkar inflasi yang 3 persen merupakan resultan pengetatan kebijakan moneter BI dalam beberapa bulan terakhir melalui kenaikan BI Rate dan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap serta pengendalian inflasi oleh Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah dibarengi pengendalian inflasi pangan," ujar Ryan.
Paralel dengan itu, lanjut Ryan, efek inflatoir kenaikan harga BBM beberapa bulan lalu juga makin berkurang. Kenaikan BI Rate 25 bps itu juga dilandasi optimisme bahwa likuiditas perbankan tetap mencukupi (ample) atau tidak terganggu karena rasio alat likuid berbanding DPK yang berkisar 30 persen masih jauh di atas treshold