Selain perilaku tersebut, Tongam mengakui kondisi ekonomi saat ini yang tengah sulit membuat masyarakat melihat peluang mendapatkan uang tanpa mencerna risikonya. Bahkan, kata dia, ada yang berutang untuk menanamkan modal di investasi bodong dengan iming-iming keuntungan besar.
"Kalau dilihat dari pendapat ahli, investasi itu karena ada uang lebih, bukan pinjam. Jangan pinjam uang untuk risiko yang tinggi," ucapnya.
Menurut Tongam, semua ini terjadi karena rendahnya tingkat literasi keuangan di masyarakat. Banyak orang yang tidak tahu mana investasi yang layak dan rawan penipuan seperti ponzi. Berdasarkan catatan SWI, nilai kerugian masyarakat akibat investasi bodong dalam sepuluh tahun terakhir mencapai Rp115 triliun.