"Tapi, ini puncak risikonya baru masuk pada 2019 atau akhir 2018," ucap Soetrisno.
Dalam pemaparan KEIN dijelaskan, tahun politik 2018 tidak berisiko karena Pilkada serentak sangat cair di mana adanya polarisasi kandidat dan didukung multipartai. Identitas kandidat pilkada juga bervariasi (multivarian).
Lalu, faktor populisme atau keberpihakan terhadap kepentingan masyarakat, hingga personifikasi calon pilkada yang dijaga mengurangi adanya kontroversi.
Sementara itu, di sektor properti, dampak Pilkada serentak malah berbuah manis. Pengamat Properti Panangian Simulangkit menilai, kalangan menengah ke bawah lebih mendominasi untuk pembelian properti.
"Karena ini kesempatan para penjual properti untuk harga Rp300 juta sampai Rp500 juta akan semakin diminati bagi golongan menengah ke bawah," ujarnya.