Kendati demikian, Lo Kheng Hong menuturkan, pialang sahamnya tidak berniat jahat. Menurut dia, sang pialang memberikan saran untuk kepentingannya supaya tidak bangkrut atau rugi. Namun pada akhirnya, Lo Kheng Hong tetap membeli saham INDY.
"Saya bilang enggak apa-apa beli saja. Karena saya beli dan membayar, tentu dia tidak bisa tidak menjalankan order saya," ucapnya.
Dia menuturkan, membeli saham tersebut ketika berada di Omaha, Amerika Serikat (AS), yang merupakan kota kelahiran investor berjuluk Oracle of Omaha Warren Buffett. Lo Kheng Hong terus membeli saham tersebut hingga menjadi pemegang saham nomor empat terbesar di INDY.
"Saya beli (saham) Indika terus jadi pemegang saham nomor 4. Tiba-tiba harga batu bara yang 50 dolar AS kembali naik ke 100 dolar AS, harga saham dari Rp100 jadi Rp4.500," ucapnya.
Ketika harga saham INDY sekitar Rp4.000, dia menjualnya. Karena itu, dia mendapatkan untung besar dan menjadikan INDY sebagai saham paling berkesan baginya.
"Ketika (harga saham INDY) Rp4.000 lebih saya jual. Saya mendapatkan keuntungan yang besar dan itu sekitar 2 tahun, dari Rp100 lebih jadi Rp4.000 lebih. Kira-kira itu saham yang berkesan untuk saya," tutur Lo Kheng Hong.