Rugi Bersih Garuda Indonesia Kuartal I 2021 Bengkak Jadi Rp5,57 Triliun

Aditya Pratama
Garuda Indonesia rugi bersih Rp5,57 triliun di kuartal I 2021. (Foto: Okezone)

Dalam keterangannya, manajemen Garuda menyatakan, kinerja perseroan sepanjang tiga bulan pertama 2021 dipengaruhi pandemi Covid-19, diikuti dengan pembatasan perjalanan.

"Ini telah menyebabkan penurunan perjalanan udara yang signifikan, dan memiliki dampak buruk pada operasi dan likuiditas grup," kata manajemen Garuda. 

Sebagai bagian dari usaha berkesinambungan untuk menghadapi dan mengelola kondisi tersebut, Garuda mengambil sejumlah langkah yang telah dan akan dilaksanakan secara berkelanjutan, di antaranya optimalisasi pendapatan penumpang berjadwal baik rute domestik dan internasional melalui optimalisasi produksi serta strategi dynamic pricing; meningkatkan pendapatan kargo berjadwal, salah satunya dengan melakukan penerbangan cargo only selama masa pandemi untuk mengompensasi penurunan pendapatan dari penumpang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Selain itu, menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit; rightsizing untuk meningkatkan margin di rute-rute potensial; meningkatkan charter revenue yang berkelanjutan dengan membuat kerjasama kemitraan jangka pendek dan jangka panjang; menerapkan protokol Covid-19 pada seluruh titik layanan Garuda Indonesia (Cleanliness, Safety and Healthiness), serta melakukan campaign melalui media sosial.

"Meningkatkan arus kas dengan mengganti cadangan pemeliharaan dengan jaminan pembayaran (SBLC) dari pihak perbankan dan secara aktif mencari alternatif pendanaan terkait utang dan pinjaman yang akan jatuh tempo," tulis manajemen.

Di samping itu, sinergi Garuda Indonesia Grup melalui keselarasan rute dan penetapan jadwal penerbangan yang disesuaikan dengan permintaan pasar; dan melakukan negosiasi dengan lessor terkait penurunan biaya sewa pesawat, penundaan kedatangan pesawat baru, maupun opsi early redelivery pesawat.

Namun demikian, keterlaksanaan dan efektivitas rencana manajemen dalam memperbaiki kondisi keuangan Garuda akan tergantung pada asumsi-asumsi, seperti kreditur akan menyetujui relaksasi pembayaran utang, lessor akan menyetujui untuk negosiasi restrukturisasi kewajiban sewa, kemampuan Garuda melakukan rasionalisasi positif jumlah dan biaya karyawan sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan.

Selain itu, pemegang saham akan terus memberikan dukungan finansial kepada Garuda dan Direktorat Jenderal Pajak akan menyetujui relaksasi pembayaran kewajiban perpajakan perseroan.

"Jika Garuda tidak dapat merealisasikan rencana dan tindakan yang disebutkan di atas, Garuda mungkin tidak dapat terus beroperasi sebagai kelangsungan usaha. Laporan keuangan konsolidasian ini tidak mencerminkan penyesuaian yang diperlukan jika Garuda tidak dapat melanjutkan kelangsungan usahanya," tulis manajemen. 

Editor : Jujuk Ernawati
Artikel Terkait
Nasional
24 jam lalu

Pengumuman, Penerbangan Domestik Citilink Pindah ke Terminal 1C Bandara Soetta Mulai 12 November

Bisnis
4 hari lalu

Pendapatan MSIN Tumbuh 53% Jadi Rp1.018 Miliar di Kuartal III 2025

Nasional
7 hari lalu

Presiden Prabowo Tiba di Korea Selatan, Siap Hadiri KTT APEC 2025

Bisnis
8 hari lalu

Jasa Marga Raup Laba Rp2,74 Triliun hingga Kuartal III 2025, Pendapatan Naik 4,83 Persen

Nasional
9 hari lalu

Purbaya Masih Pikir-Pikir Turunkan PPN Jadi 8%: Saya Bisa Kehilangan Rp70 Triliun

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal