Lantas bagaimana menerapkan metode value investing? Kamu harus mencari saham yang ‘salah harga’ dari laporan keuangannya. Biasanya menggunakan teknik analisa berupa analisa top-down. Kamu bisa perhatikan betul mulai dari fundamental perusahaan setelah itu amati daya beli masyarakat dan pergerakan saham.
Fundamental perusahaan bisa kamu analisis dengan mengecek laporan keuangan dan melihat bagian pentingnya. Kamu bisa melihat apakah aset berjalan lancar atau tidak, laba atau rugi serta laporan arus kas.
Nantinya, calon value investor dapat mengambil kesimpulan apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak secara finansial. Menurut teori yang digunakan oleh Benjamin Graham, ada prinsip yang harus dipegang teguh untuk seorang value investor yakni membeli saham dengan kinerja bagus dan segera dijual murah.
Hal tersebut dilakukan agar investor tidak salah kaprah menggunakan definisi murah. Istilah murah tak harus soal harga saham tapi nilai valuasi saham yang diincar.
Misalnya, saham seharga Rp100 per lembar dapat dikatakan lebih mahal jika dibandingkan saham dengan harga Rp 5.000 per lembar. Cara mengukur nya adalah dengan Price to Earning Ratio (PER) dan juga Price to Book Value (PBV).
Apa yang dilakukan oleh Benjamin Graham, cukup menginspirasi Warren Buffet. Menurut Warren, Benjamin fokus berinvestasi dengan metode murni bukan dari keuntungan saja. Para investor pemula ini hendaknya jangan hanya sekadar ikut-ikutan saja, tapi juga dapat memperhatikan instrumen yang sesuai dengan kondisimu.
Fokus mendalam para investor pemula harusnya menitikberatkan kepada analisa fundamental. Pilihlah perusahaan dengan neraca keuangan yang baik, keuntungan tahunan di atas rata-rata dan cashflow yang cukup serta memiliki sedikit hutang.
Demikianlah Tips & trik investasi ala investor ternama dunia Benjamin Graham. Semoga dapat menginspirasi para investor pemula sebelum berinvestasi.