Mengutip Reuters, Sabtu (27/8/2022), aksi jual investor terjadi setelah pidato Gubernur Fed Jerome Powell dalam Simposium Ekonomi di Jackson Hole, Wyoming, AS. Powell menegaskan, AS membutuhkan kebijakan moneter yang lebih ketat untuk beberapa waktu ke depan sebelum inflasi benar-benar terkendali.
"Tingkat suku bunga yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat, dan kondisi pasar tenaga kerja lebih lemah akan menurunkan inflasi, hal itu juga dapat membawa penderitaan bagi (sektor) rumah tangga dan bisnis. Ini adalah kebijakan yang tidak menguntungkan demi mengurangi inflasi," kata Powell dalam pidatonya, dikutip di situs resmi Federal Reserve.
Kendati inflasi AS sempat menyusut di Juli, Powell memastikan fokus Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) adalah mengembalikan inflasi sesuai dengan target mereka sebesar 2 persen. Menurutnya, stabilitas harga adalah harga mati dari sebuah landasan ekonomi.
"Tanpa stabilitas harga, ekonomi tidak akan bekerja untuk siapa pun. Secara khusus, tanpa stabilitas harga, kita tidak akan mencapai periode berkelanjutan yang menguntungkan semua pihak," ujarnya.
Sebelumnya, pasar memprediksi Fed masih akan menaikkan suku bunga lebih lanjut sebesar 50 hingga 75 basis poin pada bulan depan. Analis menilai pasar perlu mencermati dampak lebih lanjut atas peluang kebijakan tersebut.
"Tekanan terjadi bukan hanya terkait laju kenaikan suku bunga ke depan dan bagaimana Fed memperketat kondisi keuangan, tetapi ini adalah soal dampaknya dari kebijakan itu," ucap analis dari Natixis Investment Managers Garrett Melson.