Scenaider melanjutkan, porsi pembiayaan SBN yang berdenominasi rupiah saat ini sekitar 80 persen. Untuk itu, dia optimistis target penerbitan SBN 100 persen dalam bentuk rupiah bisa tercapai.
Kendati demikian, Scenaider mengaku, penerbitan SBN dalam bentuk rupiah mempunyai risiko karena sangat tergantung pada investor institusi.
"Demand utama SBN ini kan dana pensiun dan asuransi, ini lemah growth-nya. Ini yang sulit bagi kami mencari pendanaan dari domestik," kata dia.
Sebagai informasi, pada Mei 2018 lalu, total penerbitan SBN (outstanding) mencapai Rp3.401,77 triliun atau tumbuh 11,32 persen. Dari jumlah tersebut, SBN berdenominasi rupiah sebesar Rp2.408,4 triliun sementara sedangkan SBN valuta asing sebesar Rp992,87 triliun. (Ulfa Arieza)