Selain tidak nyambung, kata Menaker, masih banyak pekerja lulusan perguruan tinggi yang kualifikasinya di bawah standar (under qualification). Meski memiliki pendidikan dan gelar yang sesuai, kompetensinya diragukan.
"Misal ada anak lulusan komputer S1 tapi tidak bisa komputer. Gelarnya saja sarjana tapi kompetensinya tidak level sarjana, itu banyak terjadi," ujar Menaker.
Meski begitu, pria asal Jawa Tengah itu mengklaim ada penurunan pada masalah tersebut dari tahun ke tahun. Hal ini karena pemerintah mendorong pendidikan vokasi dan pelatihan tenaga kerja.
"Pelatihan vokasi itu akhirnya bisa mengurangi level miss match itu. Tapi kan kita tidak ingin terjadi double investment, misal orang sudah sekolah terus dilatih lagi kan namanya double," katanya.