Kemudian kontraksi juga disebabkan karena permintaan terhadap ekspor Indonesia yang ikut merosot seiring diberlakukannya karantina wilayah di seluruh dunia.
Kegiatan perdagangan dan investasi pun akan rendah karena permintaan global dan domestik masih tetap lemah pada 2020.
Untuk impor barang modal akan merosot lebih tajam dibanding kontraksi pendapatan dari pariwisata dan ekspor komoditas sehingga defisit transaksi berjalan diperkirakan turun setara 1,5 persen PDB.
Meski demikian, ADB memproyeksikan pemulihan terjadi secara cepat seiring permintaan domestik yang mampu mendongkrak indeks manajer pembelian bidang manufaktur hingga melampaui ambang batas 50 pada Agustus.
Sebab itu, dalam publikasi ekonomi tahunan Asian Development Outlook (ADO) 2020 yang baru dirilis turut mempertahankan prediksinya untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan.