JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) menilai menyamakan depresiasi nilai tukar rupiah saat ini dengan masa krisis pada 1998 sangat tidak relevan. Hal ini karena kondisi fondasi ekonomi domestik saat ini jauh lebih kuat dibanding 20 tahun lalu.
Direktur Eksekutif Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi mengatakan, salah satu indikator sederhana untuk melihat dampak nilai tukar rupiah adalah dengan membandingkan pergerakkan nilai tukar rupiah dengan harga barang atau inflasi.
"Saat ini inflasi cukup terkendali di sasaran pemerintah dan Bank Sentral, yakni 3,2 persen per Agustus 2018," kata Doddy di Jakarta, ditulis Selasa (11/9/2018).
Jika melihat data pada bulan yang sama di 1998, inflasi mencapai 78,2 persen.
Cara lainnya melihat kondisi nilai tukar, kata Doddy, adalah dengan menelisik level pergerakannya, bukan hanya terpaku pada level atau nominal psikologisnya.
Saat ini, rupiah berada di Rp14.900 per dolar AS. Namun, nilai rupiah bisa menyentuh angka tersebut dari level Rp13,400 per dolar AS selama kurun satu tahun, atau terdepresiasi sekitar 8 persen.